Beranda | Artikel
Interaksi Positif Dengan Remaja
Selasa, 19 September 2023

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Interaksi Positif Dengan Remaja merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 26 Safar 1445 H / 12 September 2023 M.

Kajian Tentang Interaksi Positif Dengan Remaja

Maka, orang tua hendaknya berusaha untuk membuka dan membangun hubungan yang baik dengan anak-anak remaja. Perlu kita ingat bahwa pada usia remaja ini, mereka sedang mencari jati diri atau identitas. Maka, setiap orang yang ikut andil dalam membentuk jati dirinya dan berpartisipasi positif dalam bentuk kepribadiannya, serta menganggapnya sebagai anak yang memiliki nilai, harga diri, dan memperlakukannya sebagai anak yang memiliki arti, maka hubungannya dengan orang tersebut akan menjadi baik dan kuat.

Jika perkataan dan perilaku seperti ini akan menambah kuatnya hubungan, maka sebaliknya, hal yang berlawanan dengan perbuatan itu akan mengurangi dan melemahkan hubungan. Contohnya adalah menyepelekan, sikap merendahkan, suka mengungkit kesalahan-kesalahan, dan sejenisnya. Hubungan tidak akan bertambah kuat dengan cara seperti itu, dan juga tidak akan bertambah kuat dengan harta atau sesuatu yang bersifat materi lainnya, namun akan bertambah dengan rasa penghargaan dan penghormatan.

Sebagai orang tua, ayah bunda harus berusaha untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan anak-anak remaja. Lalu, bagaimana caranya membangun hubungan yang baik dengan anak-anak remaja?

Memahami remaja

Pahami remaja Anda dengan lebih baik. Memahami remaja yaitu memahami sifat, karakter, dan tabiatnya, kekurangan maupun kelebihannya, sehingga kita mampu berinteraksi dengan secara tepat dengan anak remaja tersebut. Kalau kita ingin mendekati sesuatu, kita harus memahami sifat-sifatnya. Dengan itu, kita akan mudah masuk kepadanya dan dekat dengannya.

Ada ungkapan di sana, “Tak kenal maka tak sayang.” Untuk bisa mengenali ini tidak mungkin jarak jauh. Kita harus dekat dengan mereka.

Memahami sesuatu, apalagi memahami sifat dan karakter, atau tabiat, itu adalah sesuatu yang tidak nampak. Itu perlu waktu. Maka dari itu orang tua memang harus menyisihkan dan memberikan waktu untuk bersama dan dekat dengan mereka.

Jangan terfokus pada hal-hal negatif

Hal yang negatif itu pasti ada. Tidak ada manusia yang sempurna, tidak ada yang perfect 100%. Maka jangan terlalu fokus pada hal-hal negatif pada dirinya, seolah-olah dia nanti dimata-matai atau disoroti, atau dia menjadi objek pengawasan orang tua. Misalnya dengan mengurusi persoalan sepele, hal-hal yang kadang-kadang kita harus memberikan toleransi. Atau kesalahan-kesalahan yang kadang-kala dilakukan oleh remaja, tapi masih dalam batas yang wajar. Karena kita juga memahami bahwa mereka adalah manusia yang belum seutuhnya sempurna. Apalagi remaja yang ada pada masa transisi.

Jadi ada hal-hal yang memang kita harus berikan toleransi juga kepada mereka. Ada hal-hal serius yang mereka harus diluruskan, tapi intinya jangan terlalu fokus seolah-olah ketika berhubungan dengan remaja itu selalu bicaranya tentang kesalahannya, kesalahannya, dan kesalahannya.

Ada orang tua yang baru berhubungan dengan anak remajanya, kalau anak remajanya dia dapati kesalahannya atau untuk membicarakan kesalahannya melulu. Ada orang tua seperti itu. Dia berhubungan dengan anak remajanya, selalu isinya tentang kesalahan. Kalau membuka pembicaraan, selalu tentang salahnya si remaja ini. Ini tentunya akan menumbuhkan stigma pada dirinya bahwa “Saya ini memang mungkin nggak ada baiknya.” Sehingga mungkin dia tidak akan mengenali dirinya sebagai orang yang baik. Karena selalu yang di blow up oleh orang tuanya adalah hal-hal negatif.

Bersikap realistis

Berusahalah untuk realistis. Yaitu maksudnya jangan terlalu memasang standar terlalu tinggi dan menjadikan orang lain sebagai pembandingnya. Dia bukan orang lain, orang lain juga bukan dia.

Kadang-kadang sebagian orang tua salah di dalam memberikan motivasi dengan mengatakan: “Coba lihat Si Fulan,” dengan narasi yang merendahkan anaknya dan memuji orang lain. Ini tentu akan membuat hatinya terluka atau perasaannya tersinggung.

Jadi tidak perlu membanding-bandingkan anak kita dengan anak yang lainnya. Sebagaimana tidak ada seorang pun yang suka dibanding-bandingkan dengan orang lain. Karena Allah menciptakan manusia dengan rezekinya masing-masing yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Maka jangan terlalu muluk-muluk dengan membuat gambaran yang mana anak harus menjadi seperti itu atau seperti ini misalnya. Ini namanya tuntutan tanpa memberikan jalan.

Sebagai orang tua, hendaknya kita memahami anak, kemudian mengarahkan kepada hal yang positif. Demikian Nabi tidak pernah menyatukan karakter sahabat. Mereka dengan karakternya masing-masing, yang berbeda-beda satu sama lain. Tidak semua sahabat dijadikan seperti Abu Bakar. Lalu Abu Bakar As Siddiq dijadikan rule model, kemudian semua harus seperti Abu Bakar. Maka sahabat kita dapati berbeda-beda sifat dan karakternya. Dengan beragam karakter Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membangun masing-masing sahabat itu dengan karakternya.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53337-interaksi-positif-dengan-remaja/